PENDIDIKAN ABAD 21
DENGAN ERA DIGITAL BERBASIS
COMPUTATIONAL THINKING
( Hasil Diklat P4TK IPA Bandung 2020
Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad pengetahuan, sebuah abad yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan. Proses transformasi ini juga ditandai dengan terjadinya seperangkat perubahan sosial dan budaya masyarakat akibat munculnya globalisasi dan derasnya arus informasi. dunia telah terbebas dari batas-batas jarak dan waktu akibat perkembangan teknologi.maka dibutuhkan perubahan paradigma dalam sistem pendidikan yang harus dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik guna menghadapi setiap aspek kehidupan global. Perubahan yang dimaksud bukanlah menyangkut perubahan konten kurikulum, melainkan perubahan pedagogi, yaitu perubahan dalam bertindak dari simple action ke arah comprehensive action dan peralihan dominasi pengajaran tradisional menuju pengajaran berbasis teknologi.
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya. keterampilan yang harus dikembangkan dan dipersiapkan bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad 21 terkait era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, yaitu kemampuan kompetensi, kemampuan literasi dan kualitas karakter.
Dalam rangka memungkinkan peserta didik sukses di pekerjaan dan kehidupan melalui penguasaan keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah yang fleksibel, berkolaborasi dan berinovasi. Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang merupakan singkatan dari Critical Thinking atau berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan baik, Communication atau kemampuan berkomunikasi, dan Creativity atau kreatifitas. Serta kemampuan compassion dan computational Thinking
B. Kompetensi yang harus dimiliki
pada pendidikan abad 21
1. Critical Thinking (Berpikir
Kritis)
Berpikir kritis (critical thinking) merupakan
kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi
satu dengan informasi lain, sehingga akan muncul berbagai perspektif, dan
menemukan solusi dari suatu permasalahan. Keterampilan berpikir kritis merupakan
hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di tengah derasnya arus informasi
di era digital, Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan, fakta dari
opini, atau fiksi dari non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta didik
untuk mengambil keputusan dengan lebih bijak sepanjang hidupnya.
2. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi
adalah kemampuan untuk bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain,
menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda. Dengan
berkolaborasi, maka setiap pihak yang terlibat dapat saling mengisi kekurangan
yang lain dengan kelebihan masing-masing.
3. Communication (Komunikasi)
Communication (komunikasi)
adalah kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia. Tujuan utama
komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar dapat
diterima dan dimengerti oleh penerima pesan.
4. Creativity (Kreativitas)
Creativity (kreatifitas)
merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas akan sangat
tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses akal budi seseorang
dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan
penemuan-penemuan baru sering disebut sebagai inovasi.
Yaitu sebagai
proses berpikir dalam merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah secara
komputasi dapat melalui komputer, manusia atau mesin. Computational thinking
tidak sama dengan pemograman atau ilmu komputer tetapi akan memainkan peran
sangat penting dalam segala bidang dan profesi dan diharapkan keterampilan
berpikir ini dapat diintegrasikan juga dalam pendidikan anak-anak.
Kepedulian terhadap orang lain menjadi hal penting membantu pertumbuhan kepribadian peserta didik. Dua fondasi kepedulian dalam konsepsi compassion adalah simpati dan empati. Proses pembelajaran juga harus memberikan ruang kepada anak untuk mengekspresikan rasa simpati dan empati terhadap orang lain.
C. Pemahaman dan Penerapan Computational Thinking Dalam Pembelajaran Kimia
Computational thinking pertama kali diperkenalkan oleh
Seymour Papert di awal dekade 80-an, kemudian dilanjutkan pada penelitian
Jeanette Wing yang menyatakan berpikir komputasi itu adalah sebagai
keterampilan mendasar semua orang untuk kemampuan analitis yang perlu
ditambahkan selain kemampuan mendasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
Computational thinking sebagai proses berpikir dalam merumuskan masalah dan menyelesaikan
masalah secara komputasi dapat melalui komputer, manusia atau mesin.
Computational thinking tidak sama dengan pemograman atau ilmu komputer tetapi
akan memainkan peran sangat penting dalam segala bidang dan profesi dan
diharapkan keterampilan berpikir ini dapat diintegrasikan juga dalam pendidikan
anak-anak.
Adanya
computational thinking yang dilatihkan kepada peserta didik akan mempersiapkan
mereka menghadapi masa depan dengan pekerjaan yang hampir kesemuanya merupakan
pekerjaan komputasi, melatih berpikir di luar jangkauan, yaitu keterampilan
merumuskan dan menyelesaikan permasalahan dengan atau tanpa dukungan komputer
baik dalam kehidupan pribadi, pekerjaan dan profesionalnya.
Strategi dasar
dari computational thinking dapat
dilatihkan melalui proses pembelajaran kepada peserta didik, misalnya pada
pembelajaran Kimia yaitu:
Strategi dasar dari computational
thinking dan contoh aktivitas pada
topik kimia , yaitu sebagai berikut :
1. Dekomposisi (decomposition):
menguraikan permasalahan yang kompleks atau sistem menjadi permasalahan yang
lebih sederhana
Contoh aktivitasnya : Siswa menyederhanakan data yang kompleks kedata yang lebih sederhana, pada reaksi
redoks, datanya sangat kompleks dan reaksinya bertingkat, kemudian siswa mampu
mnyederhanakan permasalahan yang kompleks tersebut menjadi suatu reaksi yang
sederhana
2. Pengenalan pola (pattern
recognition): pemilahan pola-pola dan mengelompokkan yang polanya sama di
antara atau di dalam permasalahan
Contoh aktivitasnya : menganalisis pola dari
fenomena yang terjadi, mengelompokkan fenomena dan data untuk cara
menyelesaikan masalah, Pada materi
Uji elektrolit dan non elektrolit, diihasilkan beberapa fenomena dari hasil
percobaan zat yang diuji dengan uji elektrolit, yaitu : - ada yang lampunya menyala gelembung gasnya
ada
- ada yang
lampunya menyala gelembung gasnya tidak ada
- ada yang
lampunya tidak menyala gelembung gasnya ada
- ada yang lampunya
tidak menyala gelembung gasnya tidak ada
sehingga diarahkan siswa dapat
menganalisis pola dari fenomena dan data tersebut untuk menyelesaikan masalah
kenapa hal tersbut terjadi
3. Abstraksi (abstraction): fokus pada ha-hal yang penting dan relevan serta mengabaikan yang tidak penting dan tidak relevan
Contoh aktivitasnya : Siswa berpikir abstrak, belajar focus pada informasi2 dan data penting untuk menyelesaikan masalah dari banyaknya informasi yang banyak menjadi focus 1 cara penyelesaian kemudian menentukan bagaimana mendesain perencanaannya dengan tepat, misalnya pada struktur atom, penemuan partikel-partikel atom banyak proses yang mendukung dalam penemuan materi tersebut, seperti dari atom dalton terus ditemukannya zat radio aktif oleh marie dan piere curiare dan ilmuwan lainnya sampai dengan ilmuwan fisika yang mendukung tentang atom, tetapi peserta didik harus fokus pada penemu partikel sub atom yaitu, proton, elektron dan neutron
4. Algoritma (algorithm): menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara-cara yang sistematis dengan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Timebased)
Contoh aktivitasnya : Siswa berpikir secara procedural, langkah dalam mendesain perencanaan proyek dengan baik mulai menentukan masalah, tujuan, alat bahan, prosedur yang akan dilakukan, apa yang akan diamati dan bagaimana nantinya dapat menyelesaikan masalah secara efektif dan efesien, misalnya pada proses uji elektrolit, harus meikirkan alat dan bahan yang harus digunakan, bagaimana merancang alatnya agar listrik mengalir dan bagaimana langkah atau cara kerja pada saat percobaan, serta dapat menarik kesimpulan dari percobaan yang dilakukannya.
D. Penutup
Dalam mengahadapi tantangan di abad ke-21, maka pendidikan harus berubah cara pandangnya dan peserta didik harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang yang sesuai dan mumpuni, sehingga kita bisa menghadapi tantangan abad ke-21, keterampilan-keterampilan dan karakter yang harus dimiliki tersebut, yaitu :
1. Keteramapilan berpikir kritis, kemampuan bekerja sama dengan baik, kemampuan berkomunikasi, dan mengembangkan kreatifitas, yang kita kenal dengan 4 C (critical thinking, collabotraty, comunicatioandan creativity), dan Computational Thinking serta Compassion.
2. Ketrampilan berliterasi : lietrasi bahasa, literasi numerisasi , literasi
sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewargaan
3. Kualitas karakter : yaitu : religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong
royong dan integritas
(SALIM MUNAJAT)
x