Wednesday, August 26, 2020

PENDIDIKAN ABAD 21 BERBASIS COMPUTATIONAL THINKING


                                                          PENDIDIKAN ABAD 21

DENGAN ERA DIGITAL BERBASIS COMPUTATIONAL THINKING

( Hasil Diklat P4TK IPA  Bandung 2020



 A.    Pendahuluan

Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad pengetahuan, sebuah abad yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan. Proses transformasi ini juga ditandai dengan terjadinya seperangkat perubahan sosial dan budaya masyarakat akibat munculnya globalisasi dan derasnya arus informasi. dunia telah terbebas dari batas-batas jarak dan waktu akibat perkembangan teknologi.maka dibutuhkan perubahan paradigma dalam sistem pendidikan yang harus dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik guna menghadapi setiap aspek kehidupan global. Perubahan yang dimaksud bukanlah menyangkut perubahan konten kurikulum, melainkan perubahan pedagogi, yaitu perubahan dalam bertindak dari simple action ke arah comprehensive action dan peralihan dominasi pengajaran tradisional menuju pengajaran berbasis teknologi.

Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya. keterampilan yang harus dikembangkan dan   dipersiapkan bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad 21 terkait era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, yaitu kemampuan kompetensi, kemampuan literasi dan kualitas karakter.

Dalam rangka memungkinkan peserta didik sukses di pekerjaan dan kehidupan melalui penguasaan keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah yang fleksibel, berkolaborasi dan berinovasi.  Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang merupakan singkatan dari Critical Thinking atau berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan baik, Communication atau kemampuan berkomunikasi, dan Creativity atau kreatifitas. Serta kemampuan compassion dan computational Thinking

            B. Kompetensi yang harus dimiliki pada pendidikan abad 21

1.  Critical Thinking (Berpikir Kritis)

Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akan muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Keterampilan berpikir kritis merupakan hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di tengah derasnya arus informasi di era digital, Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan, fakta dari opini, atau fiksi dari non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta didik untuk mengambil keputusan dengan lebih bijak sepanjang hidupnya.

2. Collaboration (Kolaborasi)

Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda. Dengan berkolaborasi, maka setiap pihak yang terlibat dapat saling mengisi kekurangan yang lain dengan kelebihan masing-masing.

3. Communication (Komunikasi)

Communication (komunikasi) adalah kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia. Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan.

4.  Creativity (Kreativitas)

Creativity (kreatifitas) merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru sering disebut sebagai inovasi.

 5. Computational thinking (Berpikir secara komputasi),

 Yaitu sebagai proses berpikir dalam merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah secara komputasi dapat melalui komputer, manusia atau mesin. Computational thinking tidak sama dengan pemograman atau ilmu komputer tetapi akan memainkan peran sangat penting dalam segala bidang dan profesi dan diharapkan keterampilan berpikir ini dapat diintegrasikan juga dalam pendidikan anak-anak.

 6.  Compassion (kemampuan berempati atau kepedulian)

Kepedulian terhadap orang lain menjadi hal penting membantu pertumbuhan kepribadian peserta didik. Dua fondasi kepedulian dalam konsepsi compassion adalah simpati dan empati. Proses pembelajaran juga harus memberikan ruang kepada anak untuk mengekspresikan rasa simpati dan empati terhadap orang lain.

C.  Pemahaman  dan Penerapan Computational Thinking Dalam Pembelajaran                Kimia

Computational thinking pertama kali diperkenalkan oleh Seymour Papert di awal dekade 80-an, kemudian dilanjutkan pada penelitian Jeanette Wing yang menyatakan berpikir komputasi itu adalah sebagai keterampilan mendasar semua orang untuk kemampuan analitis yang perlu ditambahkan selain kemampuan mendasar dalam membaca, menulis dan berhitung.

Computational thinking sebagai proses berpikir dalam merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah secara komputasi dapat melalui komputer, manusia atau mesin. Computational thinking tidak sama dengan pemograman atau ilmu komputer tetapi akan memainkan peran sangat penting dalam segala bidang dan profesi dan diharapkan keterampilan berpikir ini dapat diintegrasikan juga dalam pendidikan anak-anak.

Adanya computational thinking yang dilatihkan kepada peserta didik akan mempersiapkan mereka menghadapi masa depan dengan pekerjaan yang hampir kesemuanya merupakan pekerjaan komputasi, melatih berpikir di luar jangkauan, yaitu keterampilan merumuskan dan menyelesaikan permasalahan dengan atau tanpa dukungan komputer baik dalam kehidupan pribadi, pekerjaan dan profesionalnya.

Strategi dasar dari computational thinking dapat dilatihkan melalui proses pembelajaran kepada peserta didik, misalnya pada pembelajaran Kimia yaitu:

Strategi dasar dari computational thinking dan contoh aktivitas pada topik kimia , yaitu sebagai berikut :

1.  Dekomposisi (decomposition): menguraikan permasalahan yang kompleks atau sistem menjadi permasalahan yang lebih sederhana

Contoh aktivitasnya : Siswa menyederhanakan data yang kompleks  kedata yang lebih sederhana, pada reaksi redoks, datanya sangat kompleks dan reaksinya bertingkat, kemudian siswa mampu mnyederhanakan permasalahan yang kompleks tersebut menjadi suatu reaksi yang sederhana

2. Pengenalan pola (pattern recognition): pemilahan pola-pola dan mengelompokkan yang polanya sama di antara atau di dalam permasalahan

 Contoh aktivitasnya : menganalisis pola dari fenomena yang terjadi, mengelompokkan fenomena dan data untuk cara menyelesaikan masalah, Pada materi Uji elektrolit dan non elektrolit, diihasilkan beberapa fenomena dari hasil percobaan zat yang diuji dengan uji elektrolit, yaitu : -  ada yang lampunya menyala gelembung gasnya ada

-    ada yang lampunya menyala gelembung gasnya tidak ada

-    ada yang lampunya tidak menyala gelembung gasnya ada

-     ada yang lampunya tidak menyala gelembung gasnya tidak ada

  sehingga diarahkan siswa dapat menganalisis pola dari fenomena dan data tersebut untuk menyelesaikan masalah kenapa hal tersbut terjadi

3.  Abstraksi (abstraction): fokus pada ha-hal yang penting dan relevan serta mengabaikan yang tidak penting dan tidak relevan

    Contoh aktivitasnya : Siswa berpikir abstrak, belajar focus pada informasi2 dan data penting untuk menyelesaikan masalah dari banyaknya informasi yang banyak menjadi focus 1 cara penyelesaian kemudian menentukan bagaimana mendesain perencanaannya dengan tepat, misalnya pada struktur atom, penemuan partikel-partikel atom banyak proses yang mendukung dalam penemuan materi tersebut, seperti dari atom dalton terus ditemukannya zat radio aktif oleh marie  dan piere curiare dan ilmuwan lainnya sampai dengan ilmuwan fisika yang mendukung tentang atom, tetapi peserta didik harus fokus pada penemu partikel sub atom yaitu, proton, elektron dan neutron

4.  Algoritma (algorithm): menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara-cara yang sistematis dengan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Timebased)

    Contoh aktivitasnya : Siswa berpikir secara procedural, langkah dalam mendesain perencanaan proyek dengan baik mulai menentukan masalah, tujuan, alat bahan, prosedur yang akan dilakukan, apa yang akan diamati dan bagaimana nantinya dapat menyelesaikan masalah secara efektif dan efesien, misalnya pada proses uji elektrolit, harus meikirkan alat dan bahan yang harus digunakan, bagaimana merancang alatnya agar listrik mengalir dan bagaimana langkah atau cara kerja pada saat percobaan, serta dapat menarik kesimpulan dari percobaan yang dilakukannya.

D. Penutup

Dalam mengahadapi tantangan di abad ke-21, maka pendidikan harus berubah cara pandangnya dan peserta didik harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang yang sesuai dan mumpuni, sehingga kita bisa menghadapi tantangan abad ke-21, keterampilan-keterampilan  dan karakter yang harus dimiliki tersebut, yaitu :

1.   Keteramapilan berpikir kritis, kemampuan bekerja sama dengan baik, kemampuan      berkomunikasi, dan mengembangkan  kreatifitas, yang kita kenal dengan 4 C         (critical thinking, collabotraty, comunicatioandan creativity), dan Computational                   Thinking serta Compassion.

2.   Ketrampilan berliterasi : lietrasi bahasa, literasi numerisasi , literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewargaan

3.   Kualitas karakter : yaitu : religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas


  (SALIM MUNAJAT)

x

PENDIDIKAN ABAD 21 BERBASIS COMPUTATIONAL THINKING

                                                          PENDIDIKAN ABAD 21 DENGAN ERA DIGITAL BERBASIS COMPUTATIONAL THINKING ( Hasil...